RANAHSULTRA.COM – Petani nilam di Kabupaten Muna, khususnya di Kecamatan Bone, tengah menghadapi kesulitan besar setelah musim panen dan penyulingan. Harga minyak nilam yang sempat meroket hingga mencapai 2,7 juta rupiah per kilogram kini tidak memiliki pasar yang jelas, bahkan beberapa petani kesulitan untuk menjual hasil mereka.
Nasir (40), seorang petani nilam di Desa Oelongko, mengungkapkan bahwa setelah panen dan proses penyulingan, ia telah menunggu selama berminggu-minggu tanpa ada pembeli yang datang.
“Dulu, harga minyak nilam sangat baik. Kami bisa menjual dengan harga yang cukup tinggi, itu membantu kehidupan kami. Tapi sekarang, minyak nilam kami sudah disuling, tapi tidak ada yang beli,” keluh Nasir.
Fenomena ini tidak hanya dirasakan oleh Nasir, tetapi juga oleh banyak petani nilam lainnya. Harga minyak nilam yang sebelumnya menjadi komoditas unggulan kini seolah hilang dari pasar.
Hal tersebut juga disampaikan oleh La Iru, seorang petani nilam di Desa Matombura. Ia mengungkapkan, sudah satu bulan harga minyak nilam hasil sulingannya belum jelas.
“Minyak nilam saya belum ada yang beli, padahal sudah hampir sebulan disuling. Berbeda dengan sebelumnya, setelah disuling langsung dibayar di tempat suling, sekarang malah sulit sekali,” ujar La Iru.
La Iru juga menambahkan, kini muncul pembeli yang menawarkan harga jauh di bawah harga pasar. Menurutnya, beberapa pembeli nakal mendatangi petani nilam yang belum berhasil menjual minyaknya, dengan menawarkan harga murah.
“Ada yang datang menawar 400 ribu per kilogram, padahal bulan lalu harga hampir 3 juta. Mereka ini kami sebut pembeli nakal, hanya ingin memanfaatkan keadaan,” imbuh La Iru.
Para petani berharap harga minyak nilam dapat kembali normal, karena banyak dari mereka yang menggantungkan hidup pada komoditas ini.