RANAHSULTRA.COM – Mentari pagi menerangi bentangan Kota Raha. Sebuah kota, dimana 26 tahun lalu, ia anggap tak punya harapan. Namun kini, di tahun 2050 ini, wajah Muna berubah total. Gedung-gedung pencakar langit berdiri kokoh, berlapis kaca dengan teknologi panel surya yang memenuhi kebutuhan energi kota secara mandiri. Seisi kota, kereta listrik tanpa awak meluncur lancar, terhubung sampai ke seluruh pelosok. Sementara kendaraan otonom berdesain futuristik bergerak tenang di jalur yang didesain ramah lingkungan. Dan di tepi jalan, dirindangi pepohonan dan taman hijau, menciptakan harmoni sempurna antara kemajuan teknologi dan kelestarian alam.
Di sebuah restoran, di tepi pantai , para pengunjung menikmati hidangan tradisional yang kini telah mendunia. Restoran ini, seperti banyak restoran lainnya di Muna, memanfaatkan teknologi pertanian vertikal untuk menyediakan bahan-bahan segar setiap hari, memastikan kualitas terbaik untuk setiap hidangan. yang kaya rempah, yang lezat, dan – yang manis menjadi menu favorit, disajikan dengan gaya modern tanpa menghilangkan keaslian rasanya.
Pantas saja sup dari buah ini sangat diminati. Karena memang, sejak zaman moyang, sup inilah yang menjadi santapan utama saat peringatan tiga atau tujuh hari di acara kedukaan. Begitu juga dengan -. Dulu, yang mahir membuat makanan ini hanya nenek-nenek, yang ketika mengangkat wajan sudah gemetaran tangannya. Sekarang, makanan berkelas ini, malah dibuat oleh anak-anak yang baru lulus SMK.
Sungguh, di tahun 2050 ini, Muna telah berhasil menjaga warisan kulinernya sambil mengintegrasikan inovasi teknologi. Di pinggiran kota, banyak kebun hidroponik dan akuaponik yang memanfaatkan lahan sempit untuk menghasilkan pangan berkualitas tinggi. Sistem ini tidak hanya mengurangi ketergantungan pada impor bahan pangan, tetapi juga menciptakan lapangan kerja baru bagi penduduk lokal. Pertanian modern ini didukung oleh kecerdasan buatan yang mengatur irigasi, nutrisi, dan bahkan panen, menjadikannya efisien dan berkelanjutan.
Jauh dari pusat kota, di Marobo, sebuah kampung yang dulu kurang dilirik, kini sudah menjadi kawasan industri maritim yang menjadi kebanggaan Provinsi Sulawesi Tenggara. Disana tampak sibuk dengan aktivitas. Pelabuhan ini menjadi salah satu yang tersibuk di Indonesia, menghubungkan jalur perdagangan internasional antara Asia dan Pasifik. Produk-produk lokal seperti jambu mete, kacang-kacangan, jagung, ikan tuna, dan rumput laut yang dulu hanya dikenal di pasar tradisional, kini diekspor ke berbagai negara, membawa nama Muna ke panggung global. Selain itu, hasil kerajinan tangan yang mengusung motif khas Muna telah menjadi barang mewah yang diminati oleh kolektor dari Eropa hingga Timur Tengah.
Wisatawan mancanegara yang berkunjung ke Muna tak henti-hentinya mengagumi bagaimana kabupaten ini mampu memadukan tradisi dengan kemajuan modern. Salah satu destinasi favorit mereka adalah Desa Masalili, dimana mereka bisa melihat langsung proses pembuatan kain yang unik. Setelah dari Masalili, mereka menuju Liakobori—melihat situs-situs purba, dan lanjut lagi di Pantai Napabale yang telah direvitalisasi menjadi tempat ekowisata berkelas dunia. Di malam hari, wisatawan bisa menyaksikan pertunjukan seni dan budaya di ℎℎ, dengan latar belakang lampu-lampu kota yang gemerlap.
Transportasi publik di Muna juga menjadi contoh keberhasilan integrasi teknologi dan kenyamanan. Sistem transportasi massal berbasis — —yang menghubungkan pelabuhan yang satu ke pelabuhan lainnya, telah mempersingkat waktu tempuh, menjadi hanya hitungan menit. Wisatawan yang tiba di Bandara Internasional ℎ , yang kini menjadi hub penerbangan utama di Indonesia Timur, langsung bisa merasakan efisiensi dan kenyamanan dari sistem transportasi ini. Jangankan kemacetan, polusi pun tak ada. Semua bergerak dalam harmoni yang tertata dengan baik.
Di sektor teknologi, Muna tidak hanya menjadi konsumen, tetapi juga produsen inovasi. Kabupaten ini dikenal sebagai pusat pengembangan teknologi hijau, dengan banyak lokal yang fokus pada solusi energi terbarukan dan pengelolaan limbah. Para ahli dari berbagai negara sering datang untuk belajar dari model Muna, bagaimana sebuah kabupaten kecil bisa menjadi pionir dalam teknologi ramah lingkungan. Disini, anak-anak muda yang dulu mungkin hanya bisa bermimpi, kini menjadi penggerak utama perubahan, menciptakan aplikasi dan perangkat yang dipakai di seluruh dunia.
Di sektor pendidikan, , yang baru didirikan tahun 2030 yang lalu, kini menjadi pusat riset unggulan di bidang kelautan dan agrikultur. Setiap tahun, ratusan mahasiswa internasional datang untuk belajar dan melakukan penelitian, tertarik oleh fasilitas mutakhir dan kesempatan magang di perusahaan-perusahaan global yang beroperasi di Muna. Kampus ini juga menjadi tempat diadakannya konferensi internasional yang mempertemukan para ilmuwan dan peneliti dari berbagai belahan dunia, memperkuat posisi Kabupaten Muna sebagai pusat inovasi dan ilmu pengetahuan.
Kawasan pesisir yang dulu rentan terhadap abrasi dan bencana alam, kini telah dilindungi oleh teknologi canggih yang menggabungkan rekayasa pantai dan konservasi alam. Terumbu karang yang sempat rusak kini pulih, menjadi rumah bagi berbagai spesies laut yang menjadi daya tarik wisatawan penyelam dari seluruh dunia. Hotel-hotel mewah dan – tersebar di sepanjang pantai, menawarkan pengalaman liburan yang tak terlupakan bagi para pelancong yang mencari keindahan alam dan kemewahan yang berkelanjutan.
Muna 2050 bukan hanya tentang kemajuan fisik, tetapi juga tentang kemajuan sosial. Masyarakatnya semakin inklusif, dengan kesempatan yang sama bagi semua orang, tanpa memandang latar belakang. Program-program pemerintah yang fokus pada pemberdayaan perempuan, pengurangan kesenjangan ekonomi, dan pelestarian budaya telah membuat Kabupaten Muna menjadi contoh daerah yang sukses menerapkan pembangunan berkelanjutan yang berpihak pada kesejahteraan seluruh warganya.
Para wisatawan yang datang ke Muna sering terperangah, bukan hanya oleh kemajuan yang telah dicapai, tetapi juga oleh keramahan penduduknya. ” ℎ ,” kata seorang turis dari Kanada dalam sebuah wawancara. “‘ ℎ , ℎ’ ℎ ℎ—’ ℎ , ℎ ℎ ℎ.”
Pria tua yang kini duduk di kursi malas, di lantai tiga rumahnya, menatap ke luar jendela, menikmati pemandangan Muna yang terus berkembang. Dia mengenang bagaimana dulunya jalan-jalan ini berlubang, dan bagaimana masyarakat berjuang untuk mendapatkan air bersih. Kini, segalanya telah berubah. Teknologi air bersih yang dikelola secara cerdas, listrik dari energi terbarukan, dan transportasi yang efisien telah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari.
Dengan senyum puas, pria itu berbisik pada dirinya sendiri, “Muna telah jauh melampaui harapan kita. Ini adalah bukti bahwa dengan visi yang jelas, kerja keras, dan kolaborasi, tidak ada yang mustahil.” Dan dengan itu, dia menutup matanya sejenak, membiarkan kenangan masa lalu bercampur dengan kenyataan indah yang kini menjadi masa depan Kabupaten Muna.
Muna 2050, bukan hanya sebuah kabupaten di Indonesia, tetapi sebuah contoh nyata dari bagaimana mimpi bisa menjadi kenyataan, dengan tekad, visi, dan dedikasi. Muna telah menjadi cerminan kemajuan, dimana tradisi dan modernitas hidup berdampingan dalam harmoni yang sempurna, memikat hati siapa pun yang datang untuk merasakan keajaibannya.
“Woy … bangun! Tidur terus kerjamu!”
Alamak … pintu kamarku digedor-gedor dari luar, memaksaku bangun dari tidur.
Saya melangkah, membuka pintu. Pikiranku masih dibuai oleh indahnya Muna di tahun 2050. Seolah-olah saya telah melihat sekilas masa depan yang begitu cerah, dimana semua tantangan saat ini sudah teratasi.
“Ko pii bayar dulu utangmu. Kasian, dia mau beli obat!”
Suara ibuku benar-benar membawaku ke alam nyata. Kulihat, wajahnya yang dipenuhi garis-garis ketuaan, tampak tegang. Ternyata, sejak dua jam yang lalu, anak dari tentanggaku jatuh sakit. Mereka tak cukup uang membawanya ke rumah sakit. Hati saya mencelos. Andaikan, utang yang 30 ribu ini sudah saya lunasi sejak 2 jam yang lalu, mungkin mereka tidak akan sepanik ini.
“Hum, ini smua gara-gara togel”, gumamku.
Untung saja wisatawan Kanada tadi tidak menyanyikan lagu tradisional dari Thailand. Kalau tidak, makin berat beban utang ini.
Oleh: Aspian Ibranur