RANAHSULTRA.COM – Bocuno Lalo adalah salah satu tradisi yang memiliki makna mendalam bagi masyarakat Buton Tengah, khususnya di Kecamatan Lakudo.
Tradisi ini bukan hanya sebuah ritual, tetapi juga cerminan dari nilai-nilai budaya, kekerabatan, dan kearifan lokal yang telah berkembang ratusan tahun di tengah masyarakat Buton Tengah.
Sebagai sebuah warisan budaya yang masih terus dilestarikan, Bocuno Lalo memiliki potensi besar untuk memperkenalkan kekayaan budaya daerah kepada generasi muda, yang sayangnya, banyak di antaranya mulai kehilangan rasa keterikatan terhadap budaya lokal mereka.
Baca juga berita sebelumnya: https://ranahsultra.com/berita/imam-masjid-keraton-muna-doakan-komunitas-pondok-salah-saat-kunjungi-situs-bersejarah/
Bocuno Lalo diartikan sebagai “tambatan terakhir” bagi pasangan yang hendak melaksanakan prosesi pernikahan.
Pada dasarnya, Bocuno Lalo adalah sebuah upacara yang dilakukan menjelang pernikahan, yang mengandung banyak nilai simbolis.
Prosesinya dimulai dengan pemberian bingkisan yang berisi makanan khas daerah Buton Tengah, sebagai tanda bahwa pasangan yang hendak menikah telah mendapatkan restu dari keluarga besar, khususnya dari pihak keluarga perempuan.
Bingkisan ini tidak hanya terdiri dari makanan, tetapi juga membawa simbol harapan dan doa agar pernikahan yang akan berlangsung dapat berjalan dengan lancar dan penuh berkah.
Secara etimologis, istilah “Bocuno Lalo” bisa diartikan sebagai bentuk penghormatan dan kasih sayang, yang menjadi bagian tak terpisahkan dari perjalanan hidup menuju sebuah pernikahan yang sakral.
Dalam tradisi ini, makanan yang dihadirkan memiliki makna khusus, sebagai bentuk penghormatan terhadap keluarga dan juga untuk memberi keberkahan bagi pasangan pengantin.
Bocuno Lalo lebih dari sekadar sebuah tradisi. Ia merupakan sebuah jembatan antara masa lalu dan masa depan yang menjaga nilai-nilai luhur masyarakat Buton Tengah
