Jejak Perjuangan  Ki Hadjar Dewantara Mengukir Hari Pendidikan Nasional

Berita788 Dilihat

RANAHSULTRA.COM – Setiap tanggal 2 Mei, bangsa Indonesia memperingati Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas). Bukan sekadar seremoni tahunan, tanggal ini menyimpan jejak sejarah penting yang berkaitan erat dengan sosok Ki Hadjar Dewantara, bapak pendidikan nasional yang lahir pada 2 Mei 1889.

Lahir dengan nama asli Raden Mas Soewardi Soerjaningrat, Ki Hadjar Dewantara berasal dari lingkungan bangsawan Jawa. Namun, ia memilih jalan perjuangan membela rakyat jelata, khususnya dalam hal pendidikan yang kala itu hanya menjadi hak kaum elit dan penjajah. Ketika ia mendirikan Taman Siswa pada tahun 1922, itu menjadi simbol perlawanan terhadap sistem pendidikan kolonial yang diskriminatif.

Taman Siswa hadir dengan semangat membebaskan: memberikan pendidikan kepada kaum pribumi tanpa memandang status sosial. Ki Hadjar percaya bahwa pendidikan bukan semata urusan membaca dan menulis, tetapi juga pembentukan karakter dan jiwa merdeka. Dari gagasan itulah lahir semboyan legendaris yang masih dipakai hingga kini: Ing ngarsa sung tulada, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani.”

Semangat itulah yang mendorong pemerintah Indonesia menetapkan tanggal kelahiran Ki Hadjar Dewantara sebagai Hari Pendidikan Nasional, melalui Keputusan Presiden RI No. 305 Tahun 1959. Penetapan ini bukan sekadar penghormatan, tetapi juga penegasan bahwa pendidikan Indonesia berakar dari semangat kebangsaan dan kemandirian.

Di tengah tantangan zaman modern — digitalisasi, krisis karakter, hingga kesenjangan akses pendidikan — semangat Ki Hadjar tetap relevan. Pendidikan harus membebaskan, memerdekakan pikiran, dan membangun manusia seutuhnya.

Kini, setiap Hardiknas menjadi momen refleksi. Bukan hanya mengenang tokoh besar, tapi juga mengukur sejauh mana cita-cita pendidikan yang ia rintis telah terwujud. Sudahkah kita menjadikan pendidikan sebagai alat pembebas? Atau justru kembali membelenggu lewat sistem yang tidak merata dan kompetisi yang membutakan?

2 Mei bukan sekadar tanggal, melainkan pengingat akan api perjuangan yang menyala dari ruang-ruang kelas rakyat. Dan Ki Hadjar Dewantara tetap hidup dalam setiap langkah kecil menuju pendidikan yang berpihak pada kemanusiaan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *